Senin, 19 Agustus 2013

Angpao Lebaran yang Tak Terlupakan

Berkumpul di rumah nenek setelah pembagian angpao yang "menghebohkan" 

Lebaran adalah moment yang paling menyenangkan bagi anak-anak saya. Selain bisa berkumpul dengan saudara sepupu yang tinggalnya berjauhan, mereka juga selalu mengharapkan adanya angpao dari para orang tua, baik ayah-ibu, om-tante juga para kakek nenek mereka.
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, biasanya kami para orang tua memberikan angpao dengan cara diberikan ke anak-anak atau keponakan dalam bentuk uang kertas lembaran baru secara langsung begitu saja. Kalaupun ada yang membagikan angpao dengan memasukkan uangnya ke dalam amplop, jumlahnya pasti bisa ditebak. 
Pada lebaran sebelumnya, kami rata-rata memberikan kepada anak-anak atau keponakan dengan nominal antara 25 ribu rupiah hingga 150 ribu rupiah, itu pun tergantung dari umur masing-masing anak. Anak yang umurnya lebih tua, otomatis akan mendapatkan jatah uang angpao dalam nominal lebih besar, sedangkan yang berumur lebih muda otomatis nominal angpaonya juga kecil.
Pertimbangan kami sengaja memberikan nominal yang berbeda adalah karena faktor "kebutuhan", dalam arti anak-anak yang berumur lebih tua (sudah SMA atau malah sudah kuliah) rata-rata mempunyai tingkat kebutuhan lebih tinggi, misalnya untuk membeli pulsa handphone (karena umumnya mereka sudah punya handphone). Sementara anak-anak yang berumur lebih muda (masih sekolah di SD atau TK) umumnya hanya berpikiran uang angpaonya akan dibelanjakan mainan karena rata-rata mereka belum diijinkan punya handphone seperti kakak-kakak mereka.
Akan tetapi di lebaran tahun ini, ada salah satu adik ipar saya (kebetulan dia belum mempunyai anak) yang mempunyai ide unik dalam pembagian angpao untuk para keponakan-keponakannya. Dia sengaja menyiapkan uang angpao dalam amplop, tetapi lain daripada yang lain.
Begitu para keponakan sudah kumpul (waktu itu masih ada tiga keponakan dari kakak tertua yang belum datang karena masih dalam perjalanan menuju lokasi kami berkumpul saat itu), adik ipar saya langsung berkata "Aku sudah menyiapkan angpao untuk kalian, tapi kali ini beda dengan yang sudah-sudah." Adik ipar saya langsung menunjukkan beberapa amplop yang berbeda-beda bentuk baik gambar, ukuran dan juga warnanya. "Di dalam amplop ini isinya juga berbeda-beda. Mulai dari yang terkecil isinya 5 ribu, sampai yang terbesar isinya 100 ribu. Nah kalian bebas memilih amplop yang mana. Tapi jangan kecewa kalau kalian dapat yang 5 ribu ya!", lanjutnya sambil senyum-senyum.
Foto bersama keluarga besar lengkap dengan para orang tua dan anak-anak saat lebaran tahun ini 

Kami para orang tua sudah ketawa-ketawa duluan melihat hal ini. Sementara anak-anak calon penerima angpao sudah pada manyun duluan, terutama anak-anak yang berumur lebih tua. Mereka semua tentunya sangat tidak ingin mendapatkan angpao dengan nominal 5 ribu rupiah itu. Jangankan untuk beli pulsa, buat beli es campur saja mungkin kurang. Tapi apa boleh buat, "aturan permainan" tetap harus mereka ikuti. 
Akhirnya satu persatu anak-anak ini maju untuk mengambil amplop angpao mereka. Anak saya Darryl yang saat ini masih termasuk yang termuda di antara yang lainnya langsung memilih amplop berukuran besar dengan gambar dan warna yang paling menyolok. sementara anak saya Danny yang sudah duduk di bangku SMP memilih amplop berukuran kecil dengan warna pastel.
Begitu acara buka amplop, mulailah terjadi kehebohan. Di luar dugaan, Darryl saya ternyata justru mendapatkan nominal angpao yang terbesar yaitu 100 ribu rupiah. Sedangkan Danny kakaknya mendapatkan angpao nominal 20 ribu rupiah. Sementara sepupu-sepupunya yang lain ada yang dapat 10 ribu rupiah, dan juga 50 ribu rupiah.
Keceriaan para keponakan di lebaran kemarin

Ada yang beruntung, sudah pasti ada yang tak beruntung. Yang paling apes adalah tiga keponakan saya yang datang belakangan. Berhubung nominal-nominal yang besar sudah terbuka semua, tinggal tersisa tiga amplop. Seperti penuturan adik ipar saya, ketiga amplop itu otomatis berisi nominal-nominal kecil yaitu 5 ribu rupiah dan 10 ribu rupiah. Benar saja begitu tiga keponakan saya membuka isi amplop tersebut, isinya memang hanya nominal 5 ribu rupiah dan 10 ribu rupiah. Parahnya yang dapat 5 ribu rupiah ini adalah Putri, salah satu keponakan saya yang sudah kuliah. Tentu saja Putri kecewa, tapi itulah aturan mainnya.
Akhirnya di lebaran kemarin kami memutuskan untuk berlibur ke pantai. Meskipun mendapat nominal yang kecil, ternyata Putri tetap ceria bersama sepupu-sepupunya yang lain. Tapi saya yakin justru gara-gara angpao yang 5 ribu rupiah itulah dia akan terus ingat terus akan kejadian hari itu. Tahun ini bisa jadi adalah lebaran yang tak terlupakan bagi Putri hehehe.      

"Tulisan ini diikutkan dalam TjeritaHari Raya yang diselenggarakan oleh @leutikaprio.”