Kamis, 14 November 2013

(W4) Emak Aktif dan "Berisik" Seperti Saya, Cocoknya Pakai Acer Aspire E1-432

Dari awal saya ikutan kontes ini, saya bilang kalau saya tak punya notebook, adanya laptop (itupun punya suami yang susah diganggunya) *eh, belakangan baru saya tahu kalau ternyata notebook itu sama ya dengan laptop hahaha. Punya komputer dan juga tablet, tapi sayangnya selalu rebutan juga dengan anak, yang kebetulan pada hobi ngegames yang diturunkan dari ayahnya. Ya, akhirnya sebagai emak yang baik dan penyayang *tsahhh, sayalah yang lebih banyak ngalahnya. Akibatnya kalau ada ide nulis, gagal deh dituangkan dalam blog karena tak adanya sarana untuk menumpahkan uneg-uneg yang sudah ngendon di kepala *alasan hehehe.

Padahal saya ini termasuk orang yang bisa nulis di mana saja lho, mau sambil nungguin anak main atau lagi momong anak juga bisa kalau sekedar nulis curhatan alakadarnya seperti biasanya. Apalagi kalau sambil nunggu pesanan menu datang pas di warung atau restoran, lebih baik ya saya pakai untuk nulis. Jadi tempat tak jadi soal bagi saya, asal ada alatnya buat nulis. Kalau tak nulis ya minimal merusuh di jejaring sosial hahaha. Saking tak bisa lepas dari gadget dan internet, pernah ada yang menyebut saya sebagai emak-emak yang "berisik" di media sosial. Tak ada komputer buat update blog ya "larinya" ke facebook dan twitter, tapi ya itu tadi pakai hape. Meski tulisannya hanya tampak kecil-kecil, akibat keterbatasan mata saya menangkap huruf/font di layar hape, ya tetap dijabanin. Kalau tidak, apa kata dunia? Fans-fans saya pada nyari pastinya kalau saya hilang dari peredaran dunia maya, kan seleb dunia maya hahaha *abaikan.

Ya gitulah, saya itu penginnya bisa update blog setiap hari seperti emak-emak blogger yang lainnya itu. Ngakunya blogger, koq gak pernah update blog, lucu kan? Tapi ya itu tadi, pas mau update blog, eh komputernya dipakai. Ibarat "bom", sudah mau "meledak", gagal deh! Akhirnya merusuhlah saya di facebook, berkicaulah saya di twitter. Padahal saya ini termasuk emak-emak banci kontes. Setiap ada kontes berusaha saya ikuti. Kalau menang kan lumayan hadiahnya. Pernah lho saya menang kontes dapat motor dan itu adalah hadiah kontes terbesar yang pernah saya terima. Terus mana itu motor sekarang? Sayangnya motornya sudah dilipat jadi uang hahaha. Habisnya dulu ribet sih mau bawa pulang itu motor ke Bontang, Kalimantan Timur. Ongkos pengirimannya dari Jakarta bisa ngabisin hampir separuh dari harga motor. Ogah saya keluar duit segitu banyaknya. Coba ambil hadiahnya gak di Jakarta atau hadiahnya dikirim gratis ke tempat tinggal saya, pasti itu motor masih ada wujudnya *hiks hiks.

Selain itu, jelek-jelek begini, ada lho pihak yang sudah mempercayakan saya untuk menulis beberapa artikel dan lumayan juga bayarannya. Ada juga seorang teman yang mengijinkan saya mengirim artikel setiap saat saya mau untuk dimuat di salah satu majalah internal gitu. Meskipun honornya tak seberapa, tapi kan rasanya gimana gitu tulisan kita dihargai. Apa gak asyik tuh? Hari gini ditawari nulis artikel, dibayar pula! Tapi ya itu tadi, tak semua tawaran bisa saya jabanin karena sarana untuk menulisnya tak selalu siap alias sedang dipakai. Nah, maka dari itu ikutan kontes ini siapa tahu saya hoki. Notebook Acer Aspire E1-432 keluaran terbaru yang lebih slim dan keren itu jadi milik saya. Jadi kalau saya bawa ke mana-mana itu notebook, gak bakalan merepotkan karena ringan ditenteng. Menulis bisa makin produktif. Siapa yang tak mau tampil keren dengan notebook slim yang paling tipis di kelasnya? Jadi gimana, kira-kira saya layak kan untuk bisa dapati notebook Acer Aspire E1-432 ini hehehe. Pokoknya kalau sampai notebook Acer ini jadi milik saya, wuih pasti girang bukan main deh saya. Saya janji mau rajin update blog deh hehehe. Kan saya gak perlu rebutan dengan anak lagi gitu. Paling tidak ya bisa nambah-nambah sedikit uang belanja kalau saya rajin menulis artikel di majalah yang ditawarkan seseorang itu hehehe. Jadi kasih ke saya ya hadiah notebook Acernya hehehe *ngrayu admin nih ceritanya


Tuh keren kan notebooknya (sumber gambar di sini )


Tulisan ini diikutsertakan dalam event “30 Hari Blog Challenge, Bikin Notebook 30% Lebih Tipis” yang diselenggarakan oleh Kumpulan Emak Blogger (KEB) dan Acer Indonesia.

Rabu, 06 November 2013

(W3) Notebook Slim Impian Keluarga

Suami saya penggemar berat games, jauh sebelum menikah dengan saya. Sebagai gamer sejati koleksi CD gamesnya saat ini telah mencapai 4 ribu lebih. Awalnya koleksi CD gamesnya hanya dipakainya sendiri. Lama-lama keponakan mulai tertarik untuk meminjamnya dan akhirnya CD itu berputar pula ke teman-temannya. Karena saking seringnya dipinjam orang, tak sedikit yang berakibat rusaknya koleksi CD games suami saya itu. Untungnya semua CD koleksinya itu telah diback up filenya ke harddisk sehingga jika rusak pun, suami saya masih bisa mengkopi ulang ke CD yang baru. Persoalan mulai muncul manakala suami saya mulai mengeluarkan uang ekstra demi membeli CD kosong untuk mengkopi ulang CD yang telah rusak. Akhirnya tercetuslah ide untuk sekalian saja merentalkan CD koleksi itu demi menutup biaya perawatan CD yang rusak tersebut. Apalagi mengingat pangsa pasar penggemar CD games saat itu lumayan besar. Benar saja begitu dibuka sekitar 8 tahunan lalu, rental games suami saya terbilang sukses. Meski hanya usaha sampingan, tetapi lumayan untuk menambah penghasilan suami yang hanya "kuli" di salah satu perusahaan migas ternama di Bontang, Kalimantan Timur. Rupanya kegemaran main games ini pun ditularkan pula pada anak-anak saya. Anak sulung saya yang sekarang sudah kelas 2 SMP, sejak masih SD terbilang piawai untuk mengoperasikan CD games koleksi ayahnya. Mulai dari menginstal, mengkopi ulang ke CD baru jika ada konsumen yang menghendaki untuk membeli, dan pastinya memainkannya juga.

Dari jaman anak masih bayi, suami saya sudah tak bisa lepas dari laptop


Sambil momong anak, tetap masih bekerja di depan laptop

Belakangan begitu era games internet mulai booming, konsumen pun mulai beralih games online, begitu pun dengan suami saya. Meski masih terus mengkoleksi CD games, tapi kegemarannya memainkan games CD sudah beralih ke games online. Awalnya suami dan anak-anak masih setia dengan komputer di rumah setiap kali memainkan koleksi gamesnya. Tapi karena semua juga hobby ngegames, akhirnya dua komputer di rumah masih dirasa tak mencukupi. Karena itulah suami memutuskan untuk membeli laptop agar tak selalu rebutan dengan anak setiap hendak menggunakannya. Namanya juga gamer sejati, kemana pun pergi selain tentunya pergi ke kantor, ia tak pernah lepas dari games online itu. Meski sedang liburan, ia hampir tidak pernah ketinggalan akan laptop dan modemnya. Begitu harus menemani anak-anak bermain, laptop dan modem ikut pula menemaninya. Belum lagi dengan pekerjaan suami yang kebetulan tak pernah lepas dari internet, begitu libur pun email-email yang berhubungan dengan pekerjaan pun terus saja berdatangan dan menunggu untuk difollow up. Itulah kenapa suami saya hampir tidak pernah lepas dari yang namanya laptop dan internet. Itu pula sebabnya saya dan anak-anak juga hampir-hampir tak pernah menyentuh laptop milik suami karena takut rusak, sementara banyak data perihal pekerjaan ada di dalamnya. Kalaupun kami menyentuhnya pasti atas pengawasan suami.

Anak-anak saya pun tak bisa lepas dari yang namanya laptop
Permasalahannya setiap kali kami liburan keluar jalan-jalan atau menemani anak bermain, kerepotan selalu saja muncul. Namanya juga anak-anak, selalu saja ada yang ingin dibawanya. Tas saya selalu saja penuh, entah dengan mainan, bekal makanan dan minuman, belum lagi baju ganti. Padahal kami main hanya di sekitar lingkungan komplek, tapi kalau sudah di pantai, ya baju ganti itu selalu saya siapkan untuk anak-anak karena umumnya mereka selalu ingin nyebur ke air. Belum lagi ketambahan laptop papanya anak-anak yang lumayan berat. Maklum itu laptop masih generasi yang lama, yang tebal sekaligus berat. Penginnya sih tak perlu bawa laptop agar tak menambah berat tas saya, tapi ya itu tadi mana bisa suami lepas dari laptop. Ya mau tak mau laptop yang lumayan berat itu terbawa juga. Andai dari dulu ada laptop yang ringan-ringan saja, tapi dengan spec yang tinggi dan fitur yang lengkap pasti tak akan beli yang seberat itu karena pada dasarnya suami suka yang praktis dan tak merepotkan.

Sejak saya mengikuti kontes ngeblog ini, saya sering cerita pada suami perihal notebook Acer keluaran terbaru yang lebih tipis dari generasi sebelumnya. Selain tipis, notebook Acer ini juga terbilang murah dengan spec yang terbilang tinggi dan fitur yang komplit, yang tentunya sangat mensuport untuk kegemaran ngegames suami dan pastinya untuk urusan kerjaannya. Sebagai material engginer di perusahaannya, suami saya sangat memerlukan processor yang kelasnya tinggi agar lebih efisien waktu dalam bekerja. Apa jadinya jika untuk browsing suatu barang yang urgent di pabrik, komputer loadingnya kayak keong? Begitu pun dengan memori dan harddisknya pun harus yang ukurannya besar. Untuk itulah suami saya memang selalu mencari laptop yang specnya tinggi. Padahal suatu laptop yang specnya tinggi pastinya mahal harganya. Hal ini bisa terjadi karena masing-masing item, misalnya processor, harddisk, memori, dan sebagainya sudah terbilang mahal harganya. Ibarat pepatah, ada harga ada rupa. Bagaimana mungkin harganya minta murah, tapi barangnya bagus? 

Nah, begitu saya cerita perihal notebook Acer yang specnya tinggi, didukung performa Intel® Processor di dalamnya, tapi harganya terjangkau, suami saya langsung tertarik. Antara percaya dan tak percaya, begitu browsing di web Acer ini, suami terkejut dengan harga yang tertera di sana. Untuk seri Aspire E1-432 saja harganya tak lebih dari 5 juta. Jangankan suami, saya saja juga tertarik. Selain harga yang miring, notebook seri ini juga lebih slim sehingga tak berat kalau mesti dibawa kemana-mana seperti yang biasa kami lakukan. Siapa yang tak ingin tampil keren dengan notebook slim yang paling tipis di kelasnya ini? Kalau saya ingin ngeblog pun, juga nyaman karena layarnya lebar yakni 14 inci sehingga tak cepat membuat mata saya lelah. Begitu saya ajukan keinginan untuk memiliki notebook ini, suami malah bilang "kan kamu sudah ikutan kontesnya, siapa tahu menang hehehe". Yaelah.... kalau itu saya juga bisa hehehe. Siapa coba yang tak ingin punya notebook Acer Aspire E1-432 ini? Sudah slim, murah, keren pula. Handal buat kerja, asyik pula buat ngegames. Benar-benar notebook impian keluarga deh hehehe.


Tulisan ini diikutsertakan dalam event “30 Hari Blog Challenge, Bikin Notebook 30% Lebih Tipis” yang diselenggarakan oleh Kumpulan Emak Blogger (KEB) dan Acer Indonesia

Jumat, 01 November 2013

Akhirnya, Saya Pun Bisa Melumat Roti Durian Panglima

Roti Durian Panglima rasa keju

Beberapa waktu lalu ketika saya blog walking, saya menemukan satu tulisan yang menceritakan tentang salah satu produk makanan yang akhir-akhir ini begitu fenomenal di Kalimantan Timur, khususnya di Kota Samarinda. Dalam tulisannya, blogger itu menceritakan bahwa untuk mendapatkan produk makanan tersebut, pembeli tak bisa begitu saja dengan mudah mendapatkannya seperti kalau kita membeli makanan pada umumnya, tetapi perlu "berjuang" ekstra keras demi bisa merasakan nikmatnya makanan tersebut. Untuk mendapatkan satu kotak saja, pembeli harus antri bila perlu beberapa jam sebelumnya karena waktu penjualan produk ini juga terbatas, yakni dari pukul 4 sore hingga pukul 6 sore. Selain itu prosedur antriannya juga terbilang unik karena pembeli atau konsumen harus mengambil nomer antrian terlebih dahulu di kasir dengan cara membayar harga produk makanan yang akan dibeli. Kalau sudah membayar di kasir, konsumen akan mendapat nomer urut dan selanjutnya tinggal menunggu saja sampai mobil van putih yang membawa produk makanan itu datang. Nomer urut itulah yang nantinya ditukarkan dengan produk makanan itu. Produk makanan yang saya maksud itu tak lain dan tak bukan adalah Roti Durian Panglima, salah satu olahan roti yang didalamnya terdapat selai durian.

Potongan Roti Durian Panglima rasa keju. selai duriannya di tengah-tengah, so yummy

Sebagai penggemar durian, begitu membaca kata durian, insting saya langsung tergerak. Saya cari tahu dimana produk itu bisa saya dapatkan. Ternyata Roti Durian Panglima itu hanya bisa saya dapatkan di Pusat Oleh-Oleh Khas Kalimantan Timur atau yang biasa dikenal dengan East Kalimantan Center, tepatnya di Jalan P. Antasari no.1 Samarinda. Waduh, saya kan tinggal di Bontang dan tidak setiap hari juga bisa ke Samarinda. Masih mending kalau saya bisa nitip ke adik saya yang kebetulan tinggal di Samarinda, tapi masalahnya adik saya kerja PNS yang harus pagi sampai sore di kantor. Pulang kantor juga sudah habis tuh rotinya. Saya pun tak kehilangan akal, sebagai suatu produk yang fenomenal pasti tak lepas dari peran media social, entah itu blog, facebook atau twitter. Mustahil dong Roti Durian Panglima tak punya akun twitter? Saya yang kebetulan sudah memfollow akun twitter  East Kalimantan Center sebelumnya langsung memfollow juga twitter dari Roti Durian Panglima. Saya langsung mentwit pertanyaan, dimana kira-kira saya bisa mendapatkan roti itu di Bontang. Sayangnya, saya tak bisa mendapatkan selain di outlet  East Kalimantan Center. Walah, gagal deh bisa merasakan roti durian. Saya hanya bisa menelan ludah setiap membaca twitt dari orang-orang yang berhasil mendapatkan roti itu yang pastinya disertai foto roti dengan selai durian di dalamnya. Ihhh...sebel deh! Mau nekad ikutan antri juga belum tentu dapat karena saking banyaknya antrian yang juga ingin membeli roti itu. Saya lihat foto-foto di beberapa blog yang menulis tentang roti durian, antriannya sampai mengular begitu. Gila! Ini benar-benar gila, hanya demi roti durian mereka rela antri seperti itu, meski dibela-belain datang duluan, hujan pula. Memang seberapa enaknya sih Roti Durian Panglima ini? Makin penasaran saja saya!

Twitter saya yang memamerkan hasil "perburuan" Roti Durian Panglima

Hingga akhirnya kesempatan untuk mendapatkan roti itu datang juga. Waktu itu kebetulan saya harus mengantarkan orang tua saya yang mau pulang ke Yogyakarta. Harus ke Balikpapan dong saya hehehe. Lewat Samarinda dong pastinya hehehe. Tapi karena waktu itu saya mengantar orang tua saya ke Balikpapan pagi-pagi sekali demi mengejar pesawat pagi dan begitu lewat di depan outlet East Kalimantan Center ternyata outletnya masih tutup. Yahh... gak papa deh! Masih ada kesempatan besok. Toh kalau saya pulang ke Bontang pasti lewat lagi di depan East Kalimantan Center. Tapi demi menghindari kehabisan stok, saya terlebih dulu menyuruh adik saya yang tinggal di Samarinda itu untuk mengantri di depan outlet East Kalimantan Center. Jadi besok kalau saya lewat sudah ada adik saya yang mengantrikannya. Tapi lagi-lagi saya kurang beruntung, begitu adik saya sampai di outlet ternyata nomer antrian sudah habis. Padahal waktu itu masih pukul 4.15 sore. Kabar itu saya dapatkan langsung dari sms adik saya karena saat adik saya mengantri, saya masih di perjalanan antara Balikpapan-Samarinda. Dan benar saja ketika saya melintas di depan outlet East Kalimantan Center, antrian orang untuk mengambil "jatah" roti dari mobil van sudah berjubel. Sial! Pas ada kesempatan ke Samarinda, roti durian tetap tak bisa saya dapatkan.

Roti Durian Panglima rasa original

Ya sudah akhirnya saya hanya bisa pasrah. Mungkin belum rejeki saya untuk bisa menikmati kelesatan roti durian itu. Tapi saya terus berupaya untuk mendapatkannya. Namanya juga masih penasaran kalau belum merasakan secara langsung, bukan sekedar lewat foto-foto langsung bilang "enak nih kayaknya." Belum afdol dong bilang "enaknya" kalau belum melumat sendiri selai durian yang dibalut roti itu. Saya pun terus berusaha untuk mendapatkan roti itu, bagaimana pun caranya. Setiap ada teman kantor suami atau tetangga yang kebetulan pergi ke Samarinda selalu saya pesanin untuk membelikan roti itu. Tapi karena pembelian hanya dibatasi 2 kotak untuk setiap orang, makanya kalau pun dapat rotinya yang dapat ya orang-orang yang saya pesanin itu karena mereka pun juga penasaran dengan rasanya roti durian. Walah, pengharapan saya serasa sudah habis. Saya hanya bisa berharap agar roti durian buka cabang di Bontang. Itu saja deh harapan saya, gak muluk-muluk.

Ehh, koq ternyata saya hoki. Harapan saya bisa menikmati kelezatan roti durian akhirnya datang juga. Kebetulan saya punya teman yang suaminya sering bolak-balik ke Samarinda dan kebetulan sekali teman saya itu tak ada yang suka durian. Klop sudah! Pucuk dicinta, ulam tiba. Ada yang rajin ke Samarinda, bisa dititipin beli pula. Dan benar saja, begitu roti durian sudah didepan mata, langsung deh saya lumat itu roti. Rasanya benar-benar lezat, persis yang dikatakan orang-orang. Top markotop kalau Pak Bondan yang pakar kuliner itu bilang. Selainya duriannya lembut dan tebal pula. Rotinya juga empuk. Kebetulan saya lebih suka yang rasa keju daripada yang original. Keju taburannya itu lho banyak banget. Saya bisa habis sekotak sendiri sekali makan. Tapi sebelum saya lumat, saya foto dulu deh buat bukti kalau akhirnya saya bisa merasakan kelesatan roti durian yang fenomenal ini. Sejak saat itu, setiap saya ingin roti durian, tinggal sms ke teman dan sore atau malamnya saya ambil ke rumahnya. Roti durian ini harganya lumayan murah, untuk yang original hanya dihargai Rp20.000,-. Sementara yang rasa keju hanya dibandrol Rp25.000,-. Murah bukan? Nah, kalau teman-teman penasaran buruan aja datangi outlet East Kalimantan Center, tapi harus antri lho hehehe. Tapi kalau nitip ke teman saya, yang original dihargai Rp 50.000,- sekotak, sedang yang keju Rp 55.000,- sekotak. Ya, gak papa deh, itung-itung ongkos ngantri dan juga ganti transportnya hehehe. 

NB : Tulisan ini diikutsertakan dalam rangka memperingati 2 tahun hadirnya Toko Oleh-oleh Khas Kalimantan Timur East Kalimantan Center Samarinda.