Sabtu, 29 September 2012

Hargai Mereka Yang Tidak Merokok

Anda tentu pernah membaca atau melihat peringatan semacam ini :

"MEROKOK DAPAT MENYEBABKAN KANKER, SERANGAN JANTUNG, IMPOTENSI DAN GANGGUAN KEHAMILAN DAN JANIN" 

Peringatan semacam ini paling mudah kita jumpai justru di kemasan/bungkus rokok itu sendiri. Meskipun jelas-jelas disebutkan bahwa merokok itu tidak baik untuk kesehatan, toh nyatanya jumlah perokok menunjukkan angka yang tidak sedikit. Hal ini dibuktikan oleh salah satu artikel VOA yang menyatakan bahwa dua pertiga pria dewasa di Indonesia perokok (11/9). Dalam artikel itu juga disebutkan bahwa berdasarkan hasil suatu survei tahun 2011, Kementerian Kesehatan menyebutkan 61,4 juta orang dewasa di Indonesia merokok, dua pertiganya laki-laki dan sisanya perempuan. Jumlah itu kemungkinan besar akan terus bertambah jika tidak dibarengi dengan kesadaran para perokok itu sendiri.   

Berbicara perihal merokok, saya termasuk orang yang anti rokok. Jangankan menghisap langsung, terkena asap orang yang sedang merokok saja saya sering terbatuk-batuk. Jika melihat orang merokok, sebisa mungkin saya akan menghindar. Karena jika berdekatan dengan orang yang sedang merokok itu sama saja artinya saya juga menikmati asap rokoknya alias perokok pasif. 

Walaupun istilahnya perokok pasif, tetapi dampak buruk bagi kesehatan yang ditimbulkan akibat asap rokok ini akan sama dengan perokok aktif. Dengan kata lain perokok pasif pun juga akan bisa terkena berbagai penyakit seperti yang disebutkan di atas. Padahal kalau kita sedang di tempat umum, terpapar asap rokok seringkali terjadi. Oleh karena itu menghindar dari sekumpulan orang-orang yang tengah merokok lebih sering saya lakukan daripada melarangnya secara ekstrem, terkecuali memang di area tersebut terdapat larangan untuk merokok.  
Melarang orang merokok di tempat umum juga bukan perkara mudah. Bagaimana pun juga merokok seringkali berkaitan dengan gaya hidup seseorang. Bagi perokok "kelas berat" kadang bahkan lebih memilih tidak makan daripada tidak merokok. Benar-benar sudah salah kaprah. Duit yang seharusnya bisa untuk sekedar menyambung hidup, malah "dibakar" begitu saja demi sepuntung rokok. Dunia sudah dijungkir-balik. Tapi begitulah kenyataannya. Sebagai seorang yang bukan perokok, seringkali justru kitalah yang harus menghargai kebiasaan buruk mereka. "Saya sedang merokok, kalau anda merasa terganggu ya silakan saja menyingkir!", begitu kira-kira saya menterjemahkan perilaku perokok yang seenaknya menghisap rokoknya di tempat umum.
Saya ingat sekitar 3 tahun lalu saya sempat jengkel dengan ulah para perokok yang seenaknya saja menghisap rokok tidak pada tempatnya. Waktu itu saya bermaksud kontrol kehamilan anak saya yang kedua di suatu rumah sakit. Begitu mau masuk ke rumah sakit itu, di depan pintu masuk terdapat beberapa orang bapak-bapak yang asyik mengobrol. Sambil mengobrol mereka juga menghisap rokok. Inilah yang membuat saya jengkel. Bagaimana tidak jengkel kalau saat sedang menunggu giliran untuk periksa kehamilan di suatu rumah sakit, eh ada saja orang yang seenaknya menghisap rokok di sekitar situ. Dan mereka ini adalah pria-pria dewasa. Harusnya mereka sadar bahwa mereka berada di lingkungan rumah sakit yang di sekitarnya banyak ibu-ibu hamil yang sedang menunggu periksa. Selain itu juga banyak anak-anak yang lalu-lalang di sekitar situ. Kebetulan ini adalah rumah sakit umum sehingga pasien yang datang tak hanya melulu ibu-ibu hamil, melainkan juga anak-anak.
Saya sendiri berusaha menutup hidung demi menghindari asap rokok itu, tapi ibu-ibu yang lain dan juga anak-anak itu tidak melakukukannya. Mungkin mereka termasuk orang-orang yang tahan atau terbiasa dengan asap rokok di rumahnya sehingga santai-santai saja melihat ada orang merokok di sekitar mereka. Tapi kalau saya jelas tidak tahan karena dirumah pun juga tidak ada yang merokok. Menunggu antrian di rumah sakit dekat dengan orang yang merokok benar-benar "penderitaan" bagi saya. Akhirnya saya hanya bisa menahan kedongkolan. Tambah dongkol lagi ketika melihat para perokok itu cuek-cuek saja. Meskipun di tempat umum, tapi jika di area rumah sakit menurut saya tidaklah pada tempatnya. Mau menegur koq nanti dikira sok! Serba salah memang. Ujung-ujungnya ya cuma menggerutu dalam hati.


Spanduk larangan merokok di depan pintu masuk rumah sakit

Itu kejadian sekitar 3 tahun lalu. Beberapa bulan lalu ketika saya ke rumah sakit itu lagi untuk memeriksakan anak saya, saya melihat "pemandangan" lain di depan pintu masuk rumah sakit itu. Tak jauh dari pintu masuk rumah sakit itu terpampang spanduk yang cukup besar dan mencolok. 

"DEMI KENYAMANAN BERSAMA DILARANG MEROKOK DI SEKITAR AREA INI"

Kaget sekaligus senang membaca tulisan di spanduk itu. Kaget kenapa baru sekarang spanduk itu dipasang, kenapa tidak dari dulu? Tapi bagaimana pun juga saya senang, akhirnya "penderitaan" orang-orang seperti saya hilang sudah. Kalau kemarin-kemarin mau negur orang yang sedang merokok serba sungkan, sekarang jadi lebih enak. Tinggal menunjukkan spanduk itu harusnya mereka sadar diri untuk tidak merokok di area itu. Paling tidak mereka mau menghargai orang yang tidak merokok karena bagaimana pun juga setiap orang berhak atas udara yang bersih dan segar. Saya berharap spanduk-spanduk seperti ini tidak hanya ada di rumah sakit di tempat saya periksa, tapi juga di rumah sakit-rumah sakit lain. Kita pergi ke rumah sakit agar kita tambah sehat, bukan malah tambah penyakit, iya kan? Dan memang seharusnya rumah sakit itu bebas dari asap rokok! 


Dulu di sekitar pintu masuk ini saya jumpai para perokok sedang menghisap rokoknya

Tulisan ini terinspirasi dari artikel VOA  Mahasiswa UGM Adakan Gerakan Rumah Bebas Asap Rokok (19/9) dan Dua Pertiga Pria Dewasa di Indonesia Perokok (11/9)