Namaku Muti, Lengkapnya Mutiara
Larasati. Saat ini usiaku menginjak 31 tahun. Di usiaku yang terbilang “matang”
ini, aku masih melajang. Aku bukannya tak peduli akan statusku, tapi aku juga
tak ingin ngoyo dalam mencari pasangan.
Aku pun tak pernah memasang target untuk menikah. Aku selalu berpikir, jika
sampai pada waktunya jodoh itu pasti akan datang dengan sendirinya.
Tapi belakangan ini aku sering terusik
oleh pertanyaan orang terdekatku. “Kapan kamu menikah dan memberikanku cucu?”,
begitu ucapnya kala itu. Ia adalah perempuan yang merawatku sejak kecil. Ia
pula yang menyekolahkanku hingga aku sarjana dan akhirnya berprofesi sesuai
dengan gelar kesarjanaanku. Aku sekarang adalah dokter. Dokter spesialis mata
tepatnya. Semua berkat perempuan itu.
Sayangnya perempuan itu tidak bisa menikmati jerih
payahnya lantaran terbaring lemah di suatu rumah sakit. Perempuan itu sekarang
sedang menunggu keajaiban seandainya itu hal yang boleh kuminta. Keajaiban
untuk sembuh dari kanker rahim yang telah menggerogotinya sejak enam bulan
lalu.
Sejak perempuan itu sakit, aku seperti
kehilangan teman. Hingga akhirnya aku sering “melarikan diri” ke suatu tempat
dimana ada banyak anak-anak yang nasibnya tak seberuntung aku. Di tempat itulah
aku bertemu Dinda, seorang balita yang sangat cantik. Sayangnya Dinda tidak bisa
melihatku. Matanya buta sejak lahir dan ditinggalkan begitu saja di pintu panti
itu. “Aku ingin melihat pelangi, Kak,” begitu ucapnya setiap kali aku
mengunjunginya.
Bagaimanapun aku mengupayakan
kesembuhannya, tapi aku toh tak mampu melawan suratan-Nya. Perempuan itu pun
akhirnya harus menyerah pada penyakitnya. Sedih rasanya. Sampai detik
terakhirnya, aku tak mampu memenuhi permintaannya. Tapi dengan adanya Dinda di sampingku,
setidaknya aku ingin membahagiakannya. Walaupun tak terlahir dari rahimku, tapi
Dinda sekarang adalah anakku. Dinda pun sekarang sudah mampu melihat pelangi. Semua
juga berkat kornea perempuan itu yang konon hampir meregang nyawanya saat
melahirkan hanya agar bisa mengaku sebagai ibuku. “Aku datang ibu, membawakan
cucu untukmu,” di pusaranya aku bersimpuh.
Note : jumlah kata 300
art of life
BalasHapusMakasih mas sdh singgah :)
Hapus