Suami saya penggemar berat games, jauh sebelum menikah dengan saya. Sebagai gamer sejati koleksi CD gamesnya saat ini telah mencapai 4 ribu lebih. Awalnya koleksi CD gamesnya hanya dipakainya sendiri. Lama-lama keponakan mulai tertarik untuk meminjamnya dan akhirnya CD itu berputar pula ke teman-temannya. Karena saking seringnya dipinjam orang, tak sedikit yang berakibat rusaknya koleksi CD games suami saya itu. Untungnya semua CD koleksinya itu telah diback up filenya ke harddisk sehingga jika rusak pun, suami saya masih bisa mengkopi ulang ke CD yang baru. Persoalan mulai muncul manakala suami saya mulai mengeluarkan uang ekstra demi membeli CD kosong untuk mengkopi ulang CD yang telah rusak. Akhirnya tercetuslah ide untuk sekalian saja merentalkan CD koleksi itu demi menutup biaya perawatan CD yang rusak tersebut. Apalagi mengingat pangsa pasar penggemar CD games saat itu lumayan besar. Benar saja begitu dibuka sekitar 8 tahunan lalu, rental games suami saya terbilang sukses. Meski hanya usaha sampingan, tetapi lumayan untuk menambah penghasilan suami yang hanya "kuli" di salah satu perusahaan migas ternama di Bontang, Kalimantan Timur. Rupanya kegemaran main games ini pun ditularkan pula pada anak-anak saya. Anak sulung saya yang sekarang sudah kelas 2 SMP, sejak masih SD terbilang piawai untuk mengoperasikan CD games koleksi ayahnya. Mulai dari menginstal, mengkopi ulang ke CD baru jika ada konsumen yang menghendaki untuk membeli, dan pastinya memainkannya juga.
Dari jaman anak masih bayi, suami saya sudah tak bisa lepas dari laptop |
Sambil momong anak, tetap masih bekerja di depan laptop |
Belakangan begitu era games internet mulai booming, konsumen pun mulai beralih games online, begitu pun dengan suami saya. Meski masih terus mengkoleksi CD games, tapi kegemarannya memainkan games CD sudah beralih ke games online. Awalnya suami dan anak-anak masih setia dengan komputer di rumah setiap kali memainkan koleksi gamesnya. Tapi karena semua juga hobby ngegames, akhirnya dua komputer di rumah masih dirasa tak mencukupi. Karena itulah suami memutuskan untuk membeli laptop agar tak selalu rebutan dengan anak setiap hendak menggunakannya. Namanya juga gamer sejati, kemana pun pergi selain tentunya pergi ke kantor, ia tak pernah lepas dari games online itu. Meski sedang liburan, ia hampir tidak pernah ketinggalan akan laptop dan modemnya. Begitu harus menemani anak-anak bermain, laptop dan modem ikut pula menemaninya. Belum lagi dengan pekerjaan suami yang kebetulan tak pernah lepas dari internet, begitu libur pun email-email yang berhubungan dengan pekerjaan pun terus saja berdatangan dan menunggu untuk difollow up. Itulah kenapa suami saya hampir tidak pernah lepas dari yang namanya laptop dan internet. Itu pula sebabnya saya dan anak-anak juga hampir-hampir tak pernah menyentuh laptop milik suami karena takut rusak, sementara banyak data perihal pekerjaan ada di dalamnya. Kalaupun kami menyentuhnya pasti atas pengawasan suami.
Anak-anak saya pun tak bisa lepas dari yang namanya laptop |
Permasalahannya setiap kali kami liburan keluar jalan-jalan atau menemani anak bermain, kerepotan selalu saja muncul. Namanya juga anak-anak, selalu saja ada yang ingin dibawanya. Tas saya selalu saja penuh, entah dengan mainan, bekal makanan dan minuman, belum lagi baju ganti. Padahal kami main hanya di sekitar lingkungan komplek, tapi kalau sudah di pantai, ya baju ganti itu selalu saya siapkan untuk anak-anak karena umumnya mereka selalu ingin nyebur ke air. Belum lagi ketambahan laptop papanya anak-anak yang lumayan berat. Maklum itu laptop masih generasi yang lama, yang tebal sekaligus berat. Penginnya sih tak perlu bawa laptop agar tak menambah berat tas saya, tapi ya itu tadi mana bisa suami lepas dari laptop. Ya mau tak mau laptop yang lumayan berat itu terbawa juga. Andai dari dulu ada laptop yang ringan-ringan saja, tapi dengan spec yang tinggi dan fitur yang lengkap pasti tak akan beli yang seberat itu karena pada dasarnya suami suka yang praktis dan tak merepotkan.
Sejak saya mengikuti kontes ngeblog ini, saya sering cerita pada suami perihal notebook Acer keluaran terbaru yang lebih tipis dari generasi sebelumnya. Selain tipis, notebook Acer ini juga terbilang murah dengan spec yang terbilang tinggi dan fitur yang komplit, yang tentunya sangat mensuport untuk kegemaran ngegames suami dan pastinya untuk urusan kerjaannya. Sebagai material engginer di perusahaannya, suami saya sangat memerlukan processor yang kelasnya tinggi agar lebih efisien waktu dalam bekerja. Apa jadinya jika untuk browsing suatu barang yang urgent di pabrik, komputer loadingnya kayak keong? Begitu pun dengan memori dan harddisknya pun harus yang ukurannya besar. Untuk itulah suami saya memang selalu mencari laptop yang specnya tinggi. Padahal suatu laptop yang specnya tinggi pastinya mahal harganya. Hal ini bisa terjadi karena masing-masing item, misalnya processor, harddisk, memori, dan sebagainya sudah terbilang mahal harganya. Ibarat pepatah, ada harga ada rupa. Bagaimana mungkin harganya minta murah, tapi barangnya bagus?
Sejak saya mengikuti kontes ngeblog ini, saya sering cerita pada suami perihal notebook Acer keluaran terbaru yang lebih tipis dari generasi sebelumnya. Selain tipis, notebook Acer ini juga terbilang murah dengan spec yang terbilang tinggi dan fitur yang komplit, yang tentunya sangat mensuport untuk kegemaran ngegames suami dan pastinya untuk urusan kerjaannya. Sebagai material engginer di perusahaannya, suami saya sangat memerlukan processor yang kelasnya tinggi agar lebih efisien waktu dalam bekerja. Apa jadinya jika untuk browsing suatu barang yang urgent di pabrik, komputer loadingnya kayak keong? Begitu pun dengan memori dan harddisknya pun harus yang ukurannya besar. Untuk itulah suami saya memang selalu mencari laptop yang specnya tinggi. Padahal suatu laptop yang specnya tinggi pastinya mahal harganya. Hal ini bisa terjadi karena masing-masing item, misalnya processor, harddisk, memori, dan sebagainya sudah terbilang mahal harganya. Ibarat pepatah, ada harga ada rupa. Bagaimana mungkin harganya minta murah, tapi barangnya bagus?
Nah, begitu saya cerita perihal notebook Acer yang specnya tinggi, didukung performa Intel® Processor di dalamnya, tapi harganya terjangkau, suami saya langsung tertarik. Antara percaya dan tak percaya, begitu browsing di web Acer ini, suami terkejut dengan harga yang tertera di sana. Untuk seri Aspire E1-432 saja harganya tak lebih dari 5 juta. Jangankan suami, saya saja juga tertarik. Selain harga yang miring, notebook seri ini juga lebih slim sehingga tak berat kalau mesti dibawa kemana-mana seperti yang biasa kami lakukan.
Siapa yang tak ingin tampil keren dengan notebook slim yang paling tipis di kelasnya ini? Kalau saya ingin ngeblog pun, juga nyaman karena layarnya lebar yakni 14 inci sehingga tak cepat membuat mata saya lelah. Begitu saya ajukan keinginan untuk memiliki notebook ini, suami malah bilang "kan kamu sudah ikutan kontesnya, siapa tahu menang hehehe". Yaelah.... kalau itu saya juga bisa hehehe. Siapa coba yang tak ingin punya notebook Acer Aspire E1-432 ini? Sudah slim, murah, keren pula. Handal buat kerja, asyik pula buat ngegames. Benar-benar notebook impian keluarga deh hehehe.
Tulisan ini diikutsertakan dalam event “30 Hari Blog Challenge, Bikin Notebook 30% Lebih Tipis” yang diselenggarakan oleh Kumpulan Emak Blogger (KEB) dan Acer Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar